Seorang pemimpin
dinilai bagaimana dia bersikap dan bertindak dalam
kepemimpinannya. Salah satu yang terpenting adalah kemampuan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan, efektifitas
sebuah kebijakan dan bagaimana dampak atas kebijakan tersebut.
Sebuah
keputusan lahir dari sebuah proses berpikir. Bermula dari cara pandang
seseorang dalam menilai sesuatu yang kemudian berpengaruh terhadap cara
berpikirnya. Cara berpikir yang dilandasi cara pandang tadi akan
menjadi penentu, tepat atau tidaknya keputusan seorang pemimpin dalam
mengambil kebijakan.
Kebijakan seorang pemimpin seringkali
berpengaruh terhadap banyak orang dan ruang lingkup serta waktu yang
lebih luas. Kesalahan dalam mengambil sebuah keputusan dalam memilih
sebuah kebijakan akan berujung pada kegagalan suatu program atau bahkan
kehancuran sebuah negara dan bangsa.
Cara
berpikir Muhammad saw yang lurus terlahir dari cara pandangnya yang
juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara berpikir yang lurus
tadi menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima
semua pihak.
Inilah cara berpikir Muhammad saw tersebut :
- Abu Bakar Assidiq
yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad saw, adalah sahabat
utama. Ini bermakna kepercayaan dari orang lain adalah modal utama
seorang pemimpin.
- Umar ibnu Khattab
bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam menegakkan
kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila ditunjang oleh
semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh keberanian dan
ditunjang kekuatan yang memadai.
- Ustman ibnu Affan
adalah seorang pedagang kaya raya yang rela menafkahkan seluruh harta
kekayaannya untuk perjuangan Muhammad saw. Faktor ketiga yang tidak
kalah penting adalah pendanaan. Sebuah kepemimpinan akan lebih lancar
apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik dan keuangan yang
lancar. Dan juga dibutuhkan pengorbanan yang tulus dari pemimpinnya
demi kepentingan orang banyak.
- Ali ibnu Abi Thalib
adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh ide kreatif, rela
berkorban dan lebih suka bekerja dari pada bicara. Kepemimpinan akan
menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak ada pemimpin yang
berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus agar rencana-rencana
yang belum terlaksana bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
Ketika
etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta
perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah, beliau
sampai mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang mengganggu dan
menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka
sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan Rasulnya. Padahal
tindakan demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau di mata
kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik Yahudi.
Ketika dia menyampaikan
perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan zakat hartanya hanya
sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan
seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan
keluarganya, kecuali rumah yang menempel di samping mesjid, satu dua
potong pakaian dan beberapa butir kurma atau sepotong roti kering untuk
sarapan. Sampai-sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.
Seperti
pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada
sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika istrinya
berkata bahwa tidak ada semua itu, maka Muhammad Saw mengambil batu dan
mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.
“Seandainya
kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku,
maka aku tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah ini.” Demikian
Muhammad Saw berkata kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba menyuap
Muhammad Saw dengan harta benda, menjanjikan kedudukan tertinggi di
kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan wanita-wanita cantik
asalkan Muhammad Saw mau menghentikan dakwahnya di kalangan mereka.
6 Prinsip Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Bagaimana cara Nabi Muhammad SAW berpikir?
Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang kepemimpinan seorang Muhammad saw. Dalam
masa 22 tahun beliau sanggup mengangkat derajat bangsa Arab dari bangsa
jahiliah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan menjadi bangsa
terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia. Orang-orang
yang berada di bawah kepemimpinannya merasakan kelembutan, kasih sayang
dan penghormatan dari seorang pemimpin bernama Muhammad.
1. Beliau
menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau
sesuatu, bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya
Keempat
sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar
Assidiq, Umar ibnu Khattab, Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib
adalah gambaran jelas kemampuan Muhammad saw dalam melihat
fungsi. Keempat sahabat tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam
era kepemimpinan Muhammad saw, yaitu :
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan
Tidak
ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang menjadi
sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu kambing
dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah
satu contohnya. Bagaimana sukanya Muhammad terhadap orang yang bekerja
keras dan memberikan manfaat terhadap orang banyak dan kebencian beliau
terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan orang lain adalah contoh
yang lain.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda
Ketika
ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah
menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau
meneruskan shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan
menyelamatkan anak yang sedang menghadapi bahaya.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri
Ketika
datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah,
Muhammad Saw baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin
Makkah berangkat terlebih dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan
dibunuh, namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk umatnya
Apabila
ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada
mempersulit orang lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul. Begitu pun
dengan Muhammad saw. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang
termudah dalam beragama, maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur,
makan dan shalat sampai bengkak kakinya.
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi
Para
Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan
bagi kita. Muhammad Saw menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama
daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini. Karena
pandangannya yang selalu melihat akhirat sebagai tujuan, maka tidak ada
yang sanggup menggoyahkan keyakinannya untuk menegakkan kebenaran.
Pemimpin yang abadi cara berpikir dan pengaruhnya akan terus berjalan sampai akhir zaman.
Inilah dasar yang telah diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
membangun peradaban baru, yang sesuai dengan fitrah manusia.
Dengan
jelas tersimpul dalam cerita yang diambil dari Ali bin Abi Thalib r.a.
ketika ia bertanya kepada Rasulullah dan dijawab :
Ma’rifat adalah modalku,
Akal pikiran adalah sumber agamaku,
Rindu kendaraanku,
Berzikir kepada Allah kawan dekatku,
Keteguhan perbendaharaanku,
Duka adalah kawanku,
Ilmu adalah senjataku,
Ketabahan adalah pakaianku,
Kerelaan sasaranku,
Faqr adalah kebanggaanku,
Menahan diri adalah pekerjaanku,
Keyakinan makananku,
Kejujuran perantaraku,
Ketaatan adalah ukuranku,
Berjihad perangaiku,
Dan hiburanku adalah dalam sembahyang.
Itulah kunci dari kepemimpinan rasulullah. Beliau berhasil memimpin dunia dengan suara hatinya, dan diikuti pula oleh suara hati pengikutnya. Dia bukan hanya seorang pemimpin manusia, namun dia adalah pemimpin segenap hati manusia. Ia adalah pemimpin abadi.
Pemimpin sejati adalah seorang yang selalu
mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain, sehingga ia
dicintai. Memiliki integritas yang kuat, sehingga ia dipercaya oleh
pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memiliki
kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan atas suara hati yang fitrah.